Kamis, 03 Oktober 2019

HSI - S1 - Belajar Tauhid (Halaqah 24) - Menyandarkan Kenikmatan Kepada Allāh

Kamis, 3 Oktober 2019

Halaqah Silsilah Ilmiah (HSI) 1
Belajar Tauhid (Halaqah 24)

Menyandarkan Kenikmatan Kepada Allāh 
Disampaikan oleh Ust. Dr. Abdullah Roy, M. A. Hafidzahulloh.

Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap muslim, bahwa kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya dari Allah
(Q.S. An-Nahl: 53) 

Adalah termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allah SWT, kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allah. Misalnya seperti ungkapan, "Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka", "Kalau tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri", "Kalau bukan karena dokter niscaya saya tidak sembuh", dan sebagainya. Ini semua adalah contoh bentuk menyandarkan kenikmatan kepada sebab.
 Allah berfirman:
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا
“Mereka mengenal nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya”
(Q.S. An-Nahl: 83)

Seharusnya kenikmatan tersebut disandarkan kepada Allah SWT, Dzat yang menciptakan sebab. Yang seharusnya dikatakan adalah "Kalau bukan karena Allah niscaya kita sudah celaka", atau "Kalau bukan karena Allah niscaya uang kita sudah hilang", atau "Kalau bukan karena Allah niscaya saya tidak akan sembuh", dan sebagainya".
Yang demikian karena Allah-lah yang memberikan nikmat keselamatan, nikmat keamanan, nikmat kesembuhan dan sebagainya. Sedangkan, makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut kepada kita.
Kalau Allah SWT menghendaki, niscaya Allah tidak akan menggerakkan makhluk-makhluk tersebut untuk menolong kita. Ini semua bukan berarti seorang muslim tidak boleh berterima kasih kepada orang lain. Seorang muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seseorang yang berbuat baik kepadanya, karena mereka telah menjadi sebab kenikmatan tersebut. Bahkan diperintahkan pula untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan doa yang baik. Namun, pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allah SWT semata.

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar