Kamis, 19 September 2019

HSI - Belajar Tauhid (Halaqah 14) - Berlebihan Terhadap Orang Shalih Pintu Kesyirikan

Kamis, 19 September 2019

Halaqah Silsilah Ilmiah (HSI)

Belajar Tauhid (Halaqah 14)
Berlebihan Terhadap Orang Shalih Pintu Kesyirikan 
Disampaikan oleh Ust. Dr. Abdullah Roy, M. A. Hafidzahulloh.

Halaqah yang ke-14 “Berlebihan terhadap orang shalih adalah pintu kesyirikan.”
Orang yang shalih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allāh, baik dalam hal aqidah, ibadah maupun dalam hal muamalah. Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Terhadap orang shalih, seorang Muslim diperintahkan untuk:
1. Mencintai mereka.
2. Mengikuti jejak mereka dalam kebaikan.
Berteman & bermajlis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan. Membaca perjalanan hidup mereka bisa menambah keimanan & meneguhkan hati kita. Menghormati mereka juga diperintahkan selama masih dalam batas yang diizinkan agama.

Namun, berlebih-lebihan terhadap orang yang shalih, seperti:
1. Mendudukkan mereka di atas kedudukannya sebagai manusia. 
2. Mensifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali untuk Allāh.
Maka ini hukumnya haram (tidak diperbolehkan oleh agama) karena menjadi pintu terjadinya kesyirikan & penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Mencintai Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melebihi cinta kita kepada orang tua, anak & semua manusia adalah sebuah kewajiban agama, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ


"Tidak beriman salah seorang diantara kalian, sampai Aku lebih dia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan seluruh manusia."
(H.R. Bukhari - Muslim)

Namun, Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang kita (untuk) berlebih-lebihan terhadapnya, dengan mendudukkan Beliau di atas kedudukan Beliau yang sebenarnya, yaitu sebagai hamba Allāh & seorang Rasul.

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.
Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan terhadap ‘Īsā ibn Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya maka katakanlah. ‘Hamba Allāh & Rasul-Nya’.”
(H.R. Al Bukhari)

Beliau (Rasul) adalah seorang hamba, maka tidak boleh disembah. Beliau adalah seorang rasul, maka tidak boleh dicela & diselisihi.
Apabila berlebih-lebihan terhadap (sebaik-baik manusia yaitu) Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain?
Diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang yang shalih adalah:
⑴ Meyakini bahwasa mereka mengetahui ilmu ghaib
⑵ Membangun di atas kuburan mereka
⑶ Beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā di samping kuburan mereka

Paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran.

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar