Minggu, 24 Maret 2019

4 Langkah Akhir Menjadi Agen Anti Clutter

Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah, semakin kesini semakin benderang dan semakin bingung, 
mau memulai dari mana bebenahnya.. wkwkwk. Apalagi setelah baca Pilar-Pilar Gemar Rapi Bagian I.

Namun, sebelum memulai itu semua, masih ada Pilar-Pilar Gemar Rapi (Bagian II) yang perlu dicermati dan dipahami dengan seksama, yaitu:



5.   Menyesuaikan kondisi individu (personalized).  Pasalnya, Allah SWT menciptakan manusia dalam kondisi yang berbeda-beda, baik itu antara laki-laki dan perempuan bahkan antara saudara kandung. Nah, demikian juga dengan bebenah, jangan suka saling membandingkan wahai netizen yang budiman. Standar berbenah yang ditetapkan oleh masing-masing individu dapat berbeda satu sama lainnya. Oleh karenanya, di dalam metode Gemar Rapi, memulai kategorinya pun bisa berbeda-beda, meskipun berada dalam klaster yang sama. Ada yang mulai berbenah mainan, baju, dapur atau ruang baca.
6.   RASA sebagai prinsip (principles) yang terdiri dari Rapi dan Teratur, Aman dan Nyaman, Sehat dan Bersih, serta Alami dan Berkelanjutan. Menurut Gemar Rapi, prinsip rumah yang baik harus meliputi delapan prinsip tersebut, tidak boleh kurang, hehe. Prinsip RASA ini erat kaitannya dengan Hygge yang menurut orang Denmark adalah perasaan yang menenangkan dan menyenangkan. Bahasa bulenya, bisa disebut homey  atau cozy. Tempat yang nyaman ini membuat pikiran tenang dan jauh dari stress.
7.   Memenuhi standar safety dan hygiene. Gemar Rapi membagi safety di rumah menjadi 3 jenis, yaitu General (berlaku umum/ untuk semua dalam kondisi normal), Spesific (pertimbangan akan salah satu penghuni rumah, seperti balita, lansia, difabel, dll), dan Emergencey Safety & Security (berkaitan dengan keadaan darurat). Sedangkan hygiene tentunya berkaitan erat dengan kesehatan dimana kondisi rumah harus semaksimal mungkin steril dari kuman atau berbagai sumber penyakit. Ingat, yang rapi itu belum tentu aman dan sehat.
8.   Tidak mencemari lingkungan (environment) karena proses decluttering nanti pada akhirnya akan menimbulkan barang-barang yang akan disingkirkan. Nah, supaya tidak terjadi hal sedemikian, maka harus teguh menjalankan 8i/8r upaya, yaitu mulai dari refuse (hindari), reduce (kurangin), reuse (pakai berkali-kali), recycle (bentuk kembali), rehome (donasi), repurpose (ahli fungsi), replant (tanam kembali), hingga rot (kembali untuk bumi).


Laluuuu... bagaimana jika keempat pilar ini jika dikaitkan dengan situasi kondisi Rumah Daniesta?
Owwwh tentu saja sangat jauuuh sekali dengan prinsip Gemar Rapi tersebut.
Jadi dari delapan pilar itu pun, Rumah Daniesta masih jauh? Iya pastinya. Maka dari itu, kami sekeluarga memutuskan untuk berubah, dimulai saya yang merupakan penyumbang clutter terbesar.
Astagfirullahaladziim... Ampuni hamba Ya Allah yang Maha Pengampun.



إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(Q.S Al-Baqarah: 160)


Jelas banget kan gaess apa kata Allah SWT di surat kedua dalam Al Qur'an tersebut, bahwa jika memang sungguh-sungguh bertaubat, maka juga harus memperbaiki diri. Mengapa harus gitu? Karena ganjarannya dahsyat, seperti Allah SWT bilang:




إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا


Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas menjalankan agama mereka semata-mata karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman, dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.
(Q.S An-Nisa: 146)


Baique, mari bertahap memperbaiki diri, keluarga, rumah dan (syukur-syukur) lingkungan sekitar. Bagaimana situasi kondisi Rumah Daniesta jika dikaitkan dengan keempat Pilar (bagian II) dari GR ini? Untuk lebih jelasnya dan dalam rangka memenuhi Task 3 Gemar Rapi, maka akan dijabarkan secara satu persatu.

Kelima, setelah meresapi pilar kelima Gemar Rapi yang mana bahwa berbenah itu menyesuaikan keadaan individu, maka Rumah Daniesta dihuni oleh 4 orang yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan 2 anak perempuan (7 tahun 11 bulan, dan 4 tahun 4 bulan). Tentunya, keempat penghuni tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda. Alhamdulillah, sejak menempati rumah tahun 2012 ini, secara perlahan kami mulai memahami karakter masing-masing, terutama dalam berbenah.
  • Suamitermasuk memiliki karakter berbenah yang berbeda dari saya. Bisa disimak dari kejadian nyata berikut ya... hehehe... Suatu saat ada semut di meja makan yang mengerubuti makanan. Lalu, suami saya membersihkan meja makan dan membuat garis dengan kapur anti serangga, supaya semut tidak ke meja makan lagi. Apa ada yang salah dengan hal tersebut? Tentu tidak sepenuhnya cara tersebut salah, hanya saja Suami memiliki karakter dan pola pikir yang berbeda dalam sebuah solusi. Dapat disimpulkan, kadang Suami menyelesaikan suatu permasalahan dengan solusi sesaat. Sebenarnya Suami termasuk yang rajin melakukan sesuatu yang baik jika memang sudah sangat mood atau meresap ke dalam jiwanya.. hahaha (*biar kalo suami baca, saya tambah disayang :P). Namun, ya namanya juga manusia, kadang ada up and down-nya, maka terkadang harus diingatkan untuk dapat menaruh benda ditempatnya, tidak menunda-nunda, serta mengembalikan benda ketempatnya semula.
  • Istri, pribadi lebih suka "membereskan" kejadian semut tadi dengan cara mencari darimana si semut berasal. Saya telusuri sampai ujung perjalanan si semut, yang ternyata berasal dari lubang di tembok dekat meja makan. Lalu, saya basmi sarang semut di lubang tadi dengan cairan anti serangga. Setelah itu, saya bersihkan meja makan. Iya siy, memang jadi repot dan mungkin merepotkan yang lain, haha. Tapi ya itu tadi, ini demi sebuah solusi jangka panjang dengan membasmi akar masalahnya, demi meskipun "ada gula di meja, tapi tidak ada semut". Bukan memuji, saya sendiri termasuk yang suka dengan kerapian dan keteraturan, dan semangat dalam berbenah (red: bawel dirumah, haha). Namun, kekurangan saya yang kadang konsumtif serta menimbun benda-benda itulah yang menjadi penghambat kerapian dan keteraturan yang saya idam-idamkan.
  • Untuk anak-anak, memang harus selalu diingatkan, dicontohkan dan diarahkan. Anak-anak mempunyai jadwal kegiatan harian. Jadwal tersebut berisi aktivitas keseharian mereka mulai dari bangun tidur, sholat subuh, sekolah hingga tidur lagi, lengkap dengan keterangan waktu. Jadwal ini tidak dibuat sepihak oleh saya sebagai ibunya atau oleh ayahnya saja, tapi biasanya kami berembuk mengajak anak-anak membuatnya bersama-sama. Alhamdulillah kalau si Kakak sudah bisa membaca dan menulis jadi bisa membuat jadwal hariannya sendiri. Secara umum, si Kakak sudah mulai paham apa itu kerapian dan berbenah. Kakak juga semakin rajin dan sadar diri dalam membereskan barang-barangnya ketempat semula.
  • Sedangkan si adik masih berada dalam tahap pengenalan simbol, jadi biasanya si Kakak membantu menuliskan kegiatan si Adik. Biasanya Adik harus diingatkan untuk selalu membereskan barang-barangnya kembali ke tempat semula. Iya kadang dia rajin, kadang ya gitu deh.. haha.. Kalau mood Adik sedang tidak bagus untuk membereskan barang-barangnya, biasanya kami yang memulainya dengan sambil bilang, "Yuk rapiin mainannya, sambil di bantuin niy ya..." Kami ingin Adik paham, meskipun orang lain yang membantu membereskannya, barang tersebut merupakan tanggung jawab Adik. Kami hanya bersifat membantu dan berusaha mencontohkan.
Jadi ya kekira begitu situasi kondisi masing-masing karakter penghuni rumah kami. Meskipun berbeda-beda, tapi kami tetap saling menghargai dan saling melengkapi cara berbenah masing-masing. Pada akhinya semua mempunyai tujuan yang sama untuk menciptakan rumah aman dan nyaman.

Keenam, jika Rumah Daniesta dikaitkan dengan prinsip metode RASA yang terdiri dari Rapi dan Teratur, Aman dan Nyaman, Sehat dan Bersih, serta Alami dan Berkelanjutan. maka kekira dapat dijabarkan seperti ini:
  • Rapi dan Teratur dimana setiap penghuni rumah dan benda miliknya berada dalam situasi kondisi yang apik dan terorganisir. Benda-benda dirumah diletakkan secara tergorganisir sesuai fungsi dan ruangannya. Sehingga setiap penghuni rumah mampu mengingat dan mengetahui letak benda miliknya (secara khusus) dan benda lain yang digunakan bersama (secara umum). Misalnya di rumah ada pemisahan letak benda anak-anak dan orang tua.
  • Aman dan Nyaman dimana situasi dan kondisi ini memiliki standar  yang menyesuaikan dengan setiap individu di rumah, terutama dengan adanya dua anak di Rumah Daniesta. Standar tersebut dapat berupa bebas dari bahaya atau gangguan sehingga menimbulkan rasa tenteram dan tidak khawatir atau tidak takut. Misalnya, semua "colokan listrik" di rumah memiliki tinggi tertentu yang hanya dapat dijangkau oleh orang dewasa.
  • Sehat dan Bersih dimana prinsip ini tentunya harus dapat menjaga setiap individu di rumah dari sakit yang diakibatkan oleh kelalaian individu tersebut. Oleh karenanya, setiap individu di rumah harus selalu menjaga kebersihan baik dirinya serta benda-benda, baik itu milik pribadi atau milik bersama. Misalnya, setiap penghuni rumah langsung berbenah usai makan bersama, tidak meninggalkan makanan sisa di meja makan, dan langsung mencuci peralatan makan yang kotor serta dikembalikan ke tempat semula. Tata ruang rumah beserta letak benda di dalamnya juga harus turut mendukung prinsip sehat dan bersih, seperti terjaganya sirkulasi udara di dalam rumah dan cukupnya cahaya matahari yang masuk.
  • Alami dan Berkelanjutan yang dapat dimaknai bahwa prinsip ini mengusung untuk menggunakan bahan-bahan yang tersedia dari alam dan mengembalikannya ke alam secara aman. Hal ini bisa tercapai dengan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dengan tujuan utama untuk meminimalkan sampah. Misalnya saat makan, maka makanlah sesuai porsi dan harus dihabiskan. Jikalau ada yang bahan makanan (bumbu) yang tidak disuka, maka jangan langsung dibuang ke tempat sampah begitu saja. Sisa bahan makanan tadi (organik) dapat dipendam di tanah sehingga turut menggemburkan tanah tersebut dan menyuburkan tanamannya.
Naah, nilai RASA erat kaitannya dengan Hygge yang kalo orang Denmark bilang itu perasaan yang menenangkan dan menyenangkan, sedangkan orang bule bilang homey  atau cozy. Kalau di Rumah Daniesta suasana homey cozy bin menenangkan dan menyenangkan itu berupa:


Setiap individu dan benda di dalam rumah berada dalam kondisi rapi, terorganisir, dan tetap aman serta nyaman. Hal tersebut ditandai dengan komunikasi dan aktivitas yang lancar dan nyaman di dalam rumah yang hangat serta asri. Ruangan beserta bendanya dapat digunakan dengan baik sesuai fungsinya secara cukup dan tidak berlebihan. Tidak ada lagi benda-benda yang salah tempat, sulit dicari, atau bahkan berserakan bin bertumpuk di salah satu sudut rumah. Sehingga dapat meminimalisir sampah rumah tangga yang dihasilkan, baik itu dengan cara diolah sendiri atau pun menyalurkannya pada tempat yang tepat. Perasaan nyaman itu tidak hanya di dalam rumah, tapi juga rasa nyaman yang timbul ketika dapat ikut berkontribusi dalam melestarikan lingkungan. Pada akhirnya Rumah Daniesta bercita-cita menjadi rumahku surgaku yang sesungguhnya yang dapat meringankan hisab di akhirat kelak.


Ketujuh, jika dikaitkan dengan standar safety dan hygiene, Rumah Daniesta sudah mempertimbangkan hal ini saat dibuat denahnya. Namun, standar safety, di rumah masih diterapkan secara umum (general) serta mempertimbangkan kondisi anak-anak (spesific). Dalam hal ini untuk peletakan barang-barang berbahaya hanya dapat dijangkau oleh orang dewasa seperti pisau, gunting, kompor dll. Pembagian sekring listrik secara paralel sesuai ruangan, serta colokan listrik yang dapat dijangkau hanya orang dewasa. Namun, Rumah Daniesta belum mempunyai tahapan detail keadaan darurat (emergency safety & security) secara tertulis. Selama ini hanya dilakukan pembahasan ini hanya melalui lisan, baik itu kepada orang dewasa maupun anak-anak. Pernah ada kejadian, suatu saat sekring listrik utama yang terletak di garasi terbakar dan mengeluarkan asap sangat banyak. Akhirnya, kami berusaha segera keluar rumah dengan membawa anak-anak dan meminta tolong tetangga sekitar untuk memadamkan. Rasanya sangat tidak memungkinkan saat itu jika kami memadamkan api sendirian tanpa dibantu tetangga. Pasalnya, prioritas utama saat itu adalah mengamankan anak-anak untuk segera keluar rumah lalu memadamkan api.

Untuk kondisi hygiene  di Rumah Daniesta juga belum 100% terjaga kebersihannya di setiap sudut rumah. Pasalnya, kami masih mengutamakan untuk membersihkan secara rutin hanya untuk ruangan yang digunakan setiap hari atau terlihat di mata saja. Sedangkan untuk ruangan yang jarang dilihat, seperti gudang atau teras atas masih belum maksimal dijaga kebersihannya. Masih banyak perbaikan yang harus kami lakukan disana-sini.

Kedelapan, berbicara mengenai upaya apa yang sudah dilakukan untuk tidak mencemari lingkungan, jadi teringat  pada awal tahun 2016 ada kebijakan mengenai kantong plastik berbayar. Jujur saja, saat itu kami langsung menggunakan tas kain/ tas lipat pribadi untuk berbelanja. Alasannya jujur saja bukan karena sadar untuk menjaga lingkungan, tapi lebih kepada hukum ekonomi, "Masa iya udah belanja pengen murah, tapi masih harus ngeluarin duit lagi untuk kantong plastik?' Iya sesimpel dan seekonomis itu alasannya. wkwkwk. Keluarga kami mungkin bukan keluarga yang sempurna, tapi setidaknya kami tidak nakal-nakal banget deh. Kami tidak membuang sampah sembarangan, menyediakan kantong plastik sampah di mobil, rumah rapi tidak ada sampah karena sampah tersimpan rapi jali di tempat sampah.


Namun, seiring berjalannya waktu, kami pun mulai menyadari, bahwa ada yang salah dengan perilaku kami sekeluarga. Kami terlalu asyik menikmati segala kemudahan dan kepraktisan di bumi ini tanpa tindakan untuk menjaganya. Kalau belanja ya gapapa pake plastik dari penjual, kan nanti plastinya bisa sekalian buat kantong sampah. Kalau haus, tinggal beli air minum dalam kemasan lalu buang plastiknya. Kalau lapar, tinggal pesan makanan, lalu buang bungkus plastiknya. Iya, buang sampah memang pada tempatnya, tapi mau dikemanakan dan mau diapakan sampah, terutama sampah plastik itu?

Walhasil, kami berpikir harus melangkah sedikit menuju perbaikan. Justru contoh dan semangat ini datangnya dari anak-anak kami. Kalau bepergian, mereka selalu minta bawa botol minum sendiri, karena mereka lebih suka minum air putih dengan botolnya yang lucu-lucu itu. Anak-anak juga selalu minta dibawakan masakan saya kalau bepergian. Jadilah kalau bepergian selalu membawa peralatan makan dan minum sendiri juga. Alhamdulillah, mulai bulan ini kami pun sudah berkomitmen untuk menolak pemakaian sedotan. Kalau pun butuh banget, kami punya sedotan pribadi yang bisa dicuci pakai berkali-kali.

Alhamdulillah, sejak 2016 itu kami jadi semakin terbiasa membawa tas sendiri saat berbelanja. Tentunya semakin kesini semakin menyadari bukan karena alasan ekonomis semata. wkwkwk. tobaaat gaesss... Belanja dengan tas sendiri juga lebih praktis, karena biasanya tas yang kami bawa ada beberapa ukuran, dari kecil hingga besar. Untuk produk-produk kecil yang tidak bisa langsung dicampur, kami masukkan ke tas/kantong kain kecil, lalu tetap kami satukan semua di tas kain besar. Sangat praktis dan mudah untuk dibawa.

Selain itu, kami juga semakin mengurangi pemakaian tisu kering dan basah. Kalau dirumah diusahakan semaksimal mungkin memakai lap kain/ serbet, dan jika sedang diluar rumah selalu diusahakan dengan sapu tangan/ handuk kecil. Si kakak mendapatkan berbagai macam info dari bacaannya juga yang kadang mengingatkan, "Bu, jangan banyak-banyak pake tisunya, nanti begini lho...", "Bu, ini sayang kertasnya, masih bisa dipake lagi, nanti kalo banyak-banyak jadi...." Nah, dari sinilah kami juga belajar dari anak-anak yang sering bertanya soal kemasan-kemasan bekas yang dapat dibuat menjadi sesuatu yang bermanfaat, salah satunya mainan. Kamis minggu lalu, anak-anak memanfaatkan botol bekas yakult menjadi boneka. MasyaAllah, semoga menjadi anak-anak sholehah yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Sedangkan untuk sampah-sampah rumah tangga ini yang kami masih proses belajar. Bahkan saya baru mengetahui istilah ecobrick beberapa hari lalu di kelas 5 Gemar Rapi Pratama, hehehe. Pengolahan sampah juga sudah mulai kami lakukan sendiri, terutama oleh suami. Beberapa bulan lalu, kondisi tanah di taman mungil kami sangat jelek meski sudah dikasih pupuk. Akhirnya, suami berinisiatif mengubur sampah-sampah organik rumah tangga ditanah, seperti kupasan kulit bawang, buah atau sayuran. Alhamdulillah, tanah pun semakin gembur dan tanaman semakin subur. Bahkan kalau lagi beruntung, tumbuh beberapa tunas, haha. Saya pun mendukung tindakan suami saya dengan alasan yang sama untuk menggemburkan tanah dan menyuburkan tanaman.

Selain itu, untuk pengurangan sampah plastik rumah tangga, kami selalu mengusahakan membeli kebutuhan rumah tangga dalam kemasan besar, seperti sabun, sampo, detergen, pengharum, dan lainnya. Semakin kesini, kami semakin menyadari, bahwa apa yang kami lakukan itu merupakan salah satu upaya untuk menjaga lingkungan.

Pada akhirnya, keluarga kami menyadari, kalau memang belum dapat menjalani 8r/8i secara keseluruhan. Usaha kami baru sebatas refuse (hindari), reduce (kurangin), reuse (pakai berkali-kali), rehome (donasi), rot (kembali untuk bumi).


Mohon doa dan dukungan dari kengkawans semua, semoga keluarga kami semakin istiqomah berbenah demi mengurangi hisab di akhirat nanti.



#Task3GP #gemaripratama #angkatan1 #kelas5 #menatadirimenatanegeri #gemariclass #metodegemarrapi #berbenahalaIndonesia #indonesiarapi #serapiitu #segemariitu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar