Minggu, 30 Juni 2019

Manfaat Berbagi Mainan

Assalamu’alaikum,
Alhamdulillah, minggu ke minggu berbenah di Rumah Daniesta masih berjalan, meski kadang macet bahkan terpause, hehehe...
Alhamdulillah lagi, Gemar Rapi minggu ini memasuki materi berbenah mainan., benda-benda menggemaskan yang MasyaAllah rasanya saat diberesin, disimpen, dan dirawat, wkwkwk...
Sesungguhnya, sewaktu bulan Ramadhan lalu kami sudah berbenah mainan hampir lumayan banyak, sebagian besar dikurangi dengan cara disumbangkan dan dibuang (karenan rusak). Maka dari itu, berbenah mainan kali ini tidak terlalu banyak yang dikurangi, hanya sebagian kecil, dan lebih ke proses bagaimana menata mainan-mainan tersebut. Ini yang masih jadi PR, heuheuheu...

Oiya, sebelum membahasa berbenah mainan ala Rumah Daniesta, mari kita simak sedikit informasi dari tim GR mengenai berbenah kali ini. Jadi, menurut Ibu Elly Risman (yang disarikan oleh tim GR), parenting is all about wiring
Ibarat kata, wiring itu kaya jaringan kabel diotak yang ada karena kebiasaan. Iya, karena kebiasaan, bukan ujug-ujug ada gitu aja. Kalau sejak kecil terbiasa melihat keindahan, kerapian, keteraturan, maka bisa disimpulkan jaringan kabel diotaknya InsyaAllah juga demikian baiknya. Nah, demikian juga sebaliknya, kalau kebiasaan yang dilihat, ditiru dan dikerjakan itu jauuuh dari hal kebaikan, maka kekira bisa disimpulkan demikian juga dengan kondisi jaringan kabel-kabel diotaknya. Maka dari itu bahaya kan gaesss kalo sedari kecil anak-anak udah dibiasain sesuatu hal yang tidak baik. Ingat! anak itu titipan dari Allah SWT, maka harus dijaga sebaik-baiknya.

Selain itu, menurut GR, ada beberapa alasan penting supaya anak-anak terbiasa dengan kerapian, yaitu:

  • Rumah rapi = perilaku anak yang baik, InsyaAllah (sesuai studi di Florida).
  • Banyak clutter = anak tidak fokus (kalau ini berasa juga ke ortunya siy, wkwk).
  • Rumah rapi lebih aman (dan nyaman) dibandingkan rumah berantakan.
  • Rumah rapi = InsyaAllah penghuninya lebih sehat.
  • Rumah rapi = penghuninya (terutama anak-anak) akan lebih betah di rumah.
  • Rumah berantakan = (hati-hati) anak bisa stress, bukan cuma ortunya saja, heuheu..
  • Terbiasa berantakan = terbiasa telatan (terlambat).

10 Tips ala GR dalam mengajak anak ikut berbenah:
  1. Sering diajak cerita/diskusi untuk menanamkan pola pikir rapi dan anti berantakan.
  2. Mulai dari yang paling mudah.
  3. Berbenah = hal yang menyenangkan (tentunya yang ngajarin berbenah juga haru punya mindset ini dulu, haha).
  4. Apresiasi (secukupnya, jangan lebay, apalagi sampe diiming-imingin beli ini itu) dengan ucapan Terima Kasih atau gesture berupa pelukan, kecupan dan lainnya.
  5. Jangan ajarkan paksa kalau tidak mau dipaksa. Lha iya, kita aja yang gede ga mau dipaksai en dikekang, apalagi anak-anak kan, hehe. Maka dari itu ada baiknya dibikin jadwal berbenah. Kalau anak masih enggan bahkan malas meski sudah jadwalnya, jangan dipaksa, tapi diajak diskusi.
  6. Buat tulisan (poster) pengingat.
  7. Sediakan fasilitas yang sesuai dan mudah dijangkau anak, misalnya gantungan baju ya setinggi anaknya, bukan setinggi orang dewasa.
  8. Ajarkan anak untuk bisa memilih dan mengambil keputusan.
  9. Beritahu batasan/zona/daerah bermain, tentunya dengan alasan yang masuk akal dan diterima anak. Misalnya, tidak main air di dalam rumah karena bisa basah kemana-mana dan anak mudah terpeleset, dan lainnya.
  10. Jadilah tauladan, bukan telatan ya. Ingat Lead by example. Sebaik-baiknya orangtua adalah yang menirukan perbuatan baik pada anak-anaknya.

Nah, lanjuuut...
Tim GR juga memberi tips tahap berbenah mainan, yaitu:
  1. Sebelum berbenah, buatlah kesepakatan dan aturan mainnya yang tentunya mempertimbangkan perasaan anak sebagai tolak ukurnya.
  2. Keluarkan mainan sesuai kategorinya. Jika langsung banyak sekaligus, malah akan bikin chaos karena anak mudah terdistraksi. hehe...
  3. Saat tahap memilah, ada baiknya membuat daftar pertanyaan seleksi untuk anak.
  4. Kumpulkan mainan yang sudah tidak dipakai, simpan jangan sampai dilihat anak lagi, haha.
  5. Saat menyimpan mainan, tatalah mainan sesuai bentuk dan kategorinya.

Yaap, kekira segitu sedikit materi GR minggu berbenah mainan ini. Mari kita lanjuuut ya...


Proses Berbenah Mainan
A. Respon Anak-anak
Waktu pertama kali tau mainannnya akan dibenahi alias dikurangi saat bulan Mei yang bertepatan dengan bulan puasa, tentunya anak-anak sempat kaget, terutama si adik (4 tahun) yang langsung nyeletuk, "Yaaa.. berarti mainan aku dikurangin dong, nanti jadi abis gimana?" 
Hahahahaha... namanya juga anak-anak. Nah, berhubung si kakak (8 tahun) sudah lebih paham, maka mulailah dijelasin asal muasalnya berbenah mainan ke si kakak. Justru saat itu momennya puasa, bulan penuh kebaikan, jadi yang lebih ditekankan adalah nilai berbagi. Kekira ini poin-poin yang dijelasin:
  • Alasan berbenah mainan.
  • Jenis mainan yang dikurangi.
  • Cara memilah dan memilih mainan.
  • Mudah mencari mainan.
  • Merapikan mainan kembali.

Setelah dijelasin secara berulang-ulang, semakin beragamlah respon yang muncul dari si kakak dan adik, kekira begini:
  • Mencari dan mendekap erat beberapa mainan favoritnya (adik).
  • Mengumpulkan dan memisahkan mainan tidak layak (rusak) untuk dibuang dan layak untuk didonasikan (kakak).
  • Berharap mainan yang tidak lengkap bagiannya (rusak) dapat diperbaiki (padahal sudah tidak bisa diperbaiki apalagi digunakan).
  • Mempertahankan mainan tertentu dengan menceritakan kembali sejarah mainan tersebut.

B. Hambatan dalam berbenah mainan
Saat mulai berbenah mainan terutama declutter, tentu saja ada hambatan, baik itu dari anak-anak dan juga orang tuanya, hahaha. Ada mainan yang sayang dibuang meski sudah tidak layak (bahkan rusak) karena nilai sejarahnya. Ada mainan yang sayang didonasikan karena belum pernah dimainkan. Ada mainan yang sayang kalo cuma punya satu karena takut si kakak sama adik berantem, wkwkwk.. dan banyak alasan lainnya.

Hmmm.. jadi hambatan sesungguhnya dalam berbenah mainan ini lebih ke faktor sentimentil. Jadilah, beberapa mainan yang belom tega dihempaskan masih disimpan dan dikategorikan sebagai barang sentimentil. Oiya, selain itu karena mainan bentuknya beragam, jadi masih bingung bagaimana menyimpan dan menata mainan dengan tepat. InsyaAllah peletakkan semua mainan di rumah sudah mudah diambil dan terjangkau anak-anak. Namun, masih bingung dalam penataan supaya untuk enak dilihat nan dipandang.

C. Proses Memilah Mainan
Adakah kriteria seleksi tambahan? Seperti apa kriteria seleksi yang digunakan?
Saat proses declutter mainan dimulai, tentunya harus membuat kriteria jenis mainan sesuai umur si kakak dan adik, mengingat mereka punya rentang umur yang lumayan. Pasalnya, hal tersebut memengaruhi jenis mainan yang mereka sukai.

Kriteria Mainan Kakak:


  • Puzzle potongan kecil (bahan karton).
  • Balok potongan kecil (bahan plastik).
  • Peralatan dan perlengkapan olahraga (sepeda roda 2, sepatu roda, peralatan renang, peralatan bulu tangkis).
  • Peralatan menggambar (Buku gambar, krayon, kuas, dll).


Kriteria Mainan Adik:

  • Puzzle potongan besar (bahan plastik dan karton/kertas).
  • Balok potongan besar (bahan plastik/kayu).
  • Peralatan dan perlengkapan olahraga (balancing bike, sepatu roda, peralatan renang).
  • Peralatan menggambar (Buku gambar, pensil warna, krayon, kuas, dll).
  • Sensory play (pasir kinetik, slime, play dough, origami, dsb).


Kriteria Seleksi Tambahan:


  • Mainan bersama (bisa dimainkan kakak dan adik), seperti boneka, pretend toys (masak-masakan, dokter-dokteran, Crafting and DIY), board game, permainan tradisionil (congklak, bola bekel), alat musik (tifa, markis), peralatan olahraga (bola basket, ban renang, bola).
  • Mainan yang bersifat sentimentil dengan alasan yang sudah dituliskan tadi.

Jadi, saat proses memilah mainan dilakukan, ada beberapa kategori mainan, yaitu:

  • Mainan layak yang ingin dimainkan (dipisahkan sesuai kriteria).
  • Mainan layak yang dapat didonasikan (dipisahkan berdasarkan bahan dan jenisnya).
  • Mainan tidak layak pakai (dipisahkan berdasarkan bahan dan jenisnya).
  • Mainan yang dapat diperbaiki.
  • Mainan yang belum dipakai (masih baru) tapi belum waktunya.
  • Mainan sentimentil.

D. Proses Menata Mainan.
Mainan udah dikurangi, tapiiii masih berantakan juga, ini PR-nya.. Soalnya masih belajar banget menata mainan anak-anak yang bentuknya unik bin ajaib itu. Jadi kekira begini kesulitannya kalo disimpulin:

  • Membiasakan anak-anak (terutama si adik) untuk menyimpan mainan ke tempatnya semula sesuai kriteria.
  • Mainan besar yang bingung dimana dan bagaimana penyimpanannya.
  • Beberapa tempat penyimpanan yang tidak sesuai.

Manfaat Berbagi Mainan
Oiya lagi, mau cerita sedikit, dari proses berbenah mainan ini, ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan (terutama pada anak-anak saya), yaitu:
  • Melatih anak untuk menghargai nilai barang miliknya (mainan).
  • Menumbuhkan sikap berbagi dan meredam keegoisan.
  • Menumbuhkan sikap empati.

Kekira sedemikian dahulu cerita kali ini, untuk fotonya menyusul ya, hehehe...



#Task11GP 
#GP1
#gemaripratama 
#angkatan1 
#klaster2
#gemarimainan
#menatadirimenatanegeri 
#gemariclass 
#metodegemarrapi 
#indonesiarapi
#serapiitu
#segemariitu

#RASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar