Jumat, 31 Juli 2020

Menu Idul Adha Di Rumah Aja

Assalamu'alaykum...

Alhamdulillah, Idul Adha kali ini masih #dirumahaja, berkumpul bersama keluarga tercinta dalam keadaan sehat walafiat.

Beberapa masjid di sekitar rumah mengadakan sholat Idul Adha, tapi kami memilih untuk berjamaah di rumah saja. Mengingat kondisi di luar sangat ramai, terlalu riskan untuk kami yang tinggal berada di zona merah. Usai sholat Id, kami pergi ke rumah orangtua yang berada di RT sebelah. Sesampainya disana, kami menyantap hidangan ketupat, opor ayam, rendang dan sayur labu yang memang menjadi menu khas lebaran.

Sehubungan dengan Idul Adha yang jatuh pada hari Jum'at, jadi sebagian besar masjid-masjid baru melaksanakan pemotongan hewan kurban pada keesokan harinya, yaitu hari Sabtu. Oleh karena itu, ketika Sabtu pagi menjelang, Suami dan anak-anak mampir sebentar ke masjid untuk melihat terakhir kali Panda dan Ulka yang menjadi hewan kurban tahun ini. Usai penyembelihan, mereka kembali ke rumah lalu bercerita tentang prosesnya. Beberapa saat kemudian, panitia mulai berkeliling membagikan daging kurban. Kami pun segera bergegas ke rumah orangtua sambil membawa daging sapi dan domba untuk dimasak bersama-sama.

Pada tahun-tahun sebelumnya saat Idul Adha kami memasak menu mainstream berupa sate bumbu kecap dan sop daging. Namun, Idul Adha kali ini kami membuat olahan berbeda, yaitu Sate Padang, Domba Teriyaki, dan Sop SumSum. Untuk menu Sate Padang menggunakan sate kambing dan sapi yang direbus terlebih dahulu. Jika sudah matang dan empuk, daging dibaluri dengan bumbu, lalu disusun dengan tusukan sate. Setelah itu, barulah sate dibakar hingga agak kering. Sementara untuk topping bumbunya menggunakan bumbu yang sama dengan bumbu marinasi yang ditambah air dan tepung beras. Oiya, demi menghemat waktu, kami menggunakan bumbu instan ya, heuheu... pakai merk Munik. Alhamdulillah enak, syedap.

Selain itu juga ada Domba Teriyaki yang mana baru pertama kali ini kami membuatnya. Untuk bumbu marinasinya sama seperti bumbu yang biasa digunakan pada teriyaki untuk daging sapi. Namun, memasaknya menggunakan ala-ala teppanyaki dengan cast iron grill pan. Biar semakin berasa makan di restonya 😂. Oiya bumbu marinasinya juga menggunakan yang siap saji yang diracik dari berbagai macam, yaitu terdiri dari saus barbeque, saus teriyaki bawang, kecap hitam pekat, bawang bombay cincang, bubuk lada, bubuk bawang bombay, bubuk bawang putih dan bubuk kaldu jamur. Alhamdulillaj, rasanya ga kalah sama yang di resto-resto 😄.

Sementara untuk Sop Sumsum kami serahkan pada Ibu yang lebih jago membuatnya 😂.
Alhamdulillah, menu Idul Adha yang berbeda kali ini membuat kami lebih semangat menyantapnya, terutama anak-anak. Tidak ada menu yang tersisa seperti yang pernah terjadi pada beberapa tahun lalu.

Demikian cerita singkat Idul Adha kali ini yang masih #dirumahaja.
Semoga ada hikmah yang bisa diambil, dan semoga Allah Subhannallahu Wata'ala menerima ibadah dan kurban kita semua.
Aamiin Allahumma Aamiin.

Minggu, 26 Juli 2020

Memaknai Kurban Bersama Anak-Anak

Assalamua'alaykum....

InsyaAllah dalam beberapa hari ke depan akan memasuki Hari Raya Idul Adha atau yang disebut juga dengan Hari Raya Kurban.

Menurut Ustadz Hanan Attaki kurban memiliki makna yang sangat istimewa di hadapan Allah Subhanallahu Wata'ala. 


قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

“Katakanlah (wahai Muhammad): Sesungguhnya shalatku, nusuk/ibadah qurbanku, hidup dan matiku hanya untuk Allah rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, aku diperintahkan seperti itu dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri.”
(Q.S. Al-An’am: 162)


فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ

“Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah).”
(Q.S. Al-Kautsar: 2)


Allah Subhanallahu Wata'ala menggandengkan antara shalat dan kurban dalam kedua ayat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kurban memiliki kedudukan yang istimewa dalam syariat Islam.

1. Ulama bersepakat bahwa ibadah yang dilakukan dengan harta yang paling baik, yaitu menyembelih hewan kurban. Hal ini sebagaimana ibadah fisik yang paling baik dilakukan yaitu ibadah sholat. Kurban dan sholat termasuk ibadah paling baik, tapi memiliki versi yang berbeda. Kalau kurban termasuk ibadah harta, sementara sholat termasuk ibadah fisik. Allah menggabungkan kedua ibadah ini di dalam kedua ayat tersebut, "Sholatlah untuk Tuhanmu dan juga berkurbanlah."

2. Sedekah yang paling istimewa di sisi Allah adalah menyembelih hewan kurban.
Sebagian ulama berpendapat bahwa menyembelih hewan kurban bagi yang mampu itu hukumnya wajib. Hal tersebut memang bukan pendapat mayoritas ulama. Kedua ayat tersebut menegaskan betapa istimewanya berkurban.

Rasululullah juga sangat menganjurkan untuk berkurban. Karena pengorbanan ini tidak hanya dilakukan oleh umat Islam atau umat Rasulullah tapi sudah dilakukan dari sejak zaman Nabi Adam AS sebagaimana ibadah sholat. Sejalan dengan ibadah haji, ibadah kurban memiliki sejarah yang panjang. Ulama juga berpendapat kalo ibadah kurban adalah sedekah yang paling afdhol, sedekah paling istimewa.


Idul Adha juga merupakan salah satu momentum untuk menstimulasi karakter sosial anak-anak, salah satunya yaitu tentang berbagi. Biasanya, saat Idul Adha anak-anak pergi ke masjid yang ada di RT untuk melihat hewan kurban. Meskipun mereka tidak melihat prosesi penyembelihan hewan kurbannya, tetapi mereka mengetahui dan berusaha memahami maknanya.

Ada beberapa hal yang dapat diajarkan pada anak untuk dapat memahami makna berkurban, yaitu:

1. Menceritakan Sejarah Idul Adha
Dengan menceritakan tentang asal muasal Idul Adha, anak-anak dapat memahami seluk beluk tentang peristiwa tersebut. Untuk referensi Idul Adha bisa berasal dari buku, video dan literatur lainnya.

2. Menumbuhkan budaya Hormat dan Patuh
Melalui cerita tentang Nabi Ibrahim AS yang diperintah oleh Allah SWT untuk mengurbankan anaknya, Nabi Ismail AS pun menunjukkan sikap hormat kepada orang tuanya dan patuh atas perintah Allah.

3. Shalat Idul Adha
Sebelum hari raya tiba, anak-anak dapat di-sounding terlebih dahulu tentang kegiatan sholat Ied dan prosesnya. Saat hari raya tiba, ajak anak untuk ikut melakukan sholat Ied. Namun, jika anak tidak mau sholat, jangan dipaksa. Pasalnya hal tersebut justru akan membuat anak trauma. Berikan stimulasi secara kontinyu sampai akhirnya anak-anak menemukan kenyamanannya sendiri dalam beribadah.

4. Rasa Berbagi
Dengan adanya peristiwa kurban, anak-anak dapat diajarkan bahwa selain menjalankan perintah Allah Subhanallahu Wata'ala, juga diajarkan tentang berbagi pada orang lain, terutama bagi yang kurang mampu. Diharapkan dengan berkurban mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi anak-anak.


Semoga Allah Subhanallahu Wata'ala memberkahi dan memudahkan kurban kita. Semoga setiap kurban kita bermanfaat dan mendapat ridho dan pahal dari Allah Subhanallahu Wata'ala.
Demikian tulisan kali ini.
Semoga bermanfaat.
  

Sabtu, 18 Juli 2020

Kisah Sedih Pendidikan Saat Wabah Covid-19 Melanda



Tahun pelajaran baru sudah dimulai, tapi untuk pelaksanannya kali ini sangat berbeda. Hal ini karena masih mewabahnya virus Covid-19 di Indonesia. Para peserta didik masih belajar #dirumahaja, terutama untuk lokasi yang mendapat predikat zona merah.

Sekolah anak-anak yang berada dalam zona merah di Jakarta pun juga masih menerapkan school from home (SFH) atau yang sekarang disebut dengan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ).  Ada juga sebagian kalangan yang menyebutnya dengan Pembelajaran Jarak Jauh. Apapun istilahnya, semua kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan secara daring dari tempat masing-masing.

Sudah hampir enam bulan lamanya, anak-anak belajar secara daring. Berbagai metode pembelajaran sudah diterapkan untuk memudahkan berbagai pihak, mulai dari tenaga pendidik, murid dan orangtua murid. Alhamdulillah, meski tidak selalu proses kegiatan belajar mengajar anak-anak tidak selalu berjalan mulus, tapi kemudahan sangat dirasakan semuanya.

Dalam suatu grup komunitas yang saya ikuti, ada teman yang bercerita, jika belajar daring ini sangat menyulitkan orangtua murid. Pasalnya, ada lebih dari satu jenis aplikasi yang digunakan sebagai media belajar murid. Contohnya, seorang murid memakai aplikasi WhatsApp, Google Classroom , Zoom dan Telegram untuk setiap proses belajar daring. Tidak hanya itu, saat proses belajar daring, orangtua harus mendokumentasikannya dalam bentuk foto dan video melalui aplikasi Timestamp Camera. Lalu ada teman lainnya yang berkomentar, "Jangan mau kaya gitu, ribet banget. Udah sekolah bayar mahal, tapi kok repot."

Ada benarnya juga ucapan teman tersebut, hehehe. Sementara di sekolah dasar islam terpadu tempat anak saya mengenyam pendidikan, Alhamdulillah sangat memudahkan. Tidak banyak aplikasi yang digunakan para murid untuk belajar daring. Semua materi pelajaran dikirim melalui aplikasi WhatsApp dalam bentuk word, ppt, pdf atau video. Untuk berinteraksi dengan murid, guru melakukan video conference dengan Zoom dan WhatsApp. Kegiatannya berlangsung setiap pagi selama Senin-Jum'at berupa sapa, salam dan do'a bersama sebelum memulai kegiatan belajar. Hal tersebut juga tidak diwajibkan, hanya bagi yang bisa saja. Video Conference yang wajib dilakukan hanya disaat tertentu saja, misalnya saat setoran hafalan, belajar tahsin, tilawati dan sejenisnya. Untuk pendokumentasian kegiatan belajar daring ini juga tidak diwajibkan bagi setiap murid. Pihak sekolah membagi jadwal harian untuk murid-murid yang memakai seragam dan mengirimkan dokumentasi kegiatan daring dalam bentuk foto. Sementara saat ujian, sekolah menggunakan aplikasi Quizizz dimana soal dalam bentuk pilihan ganda.

Kemudahan tersebut juga dirasakan anak saya yang masih berada di taman kanak-kanak. Sedari pertengahan Maret lalu, pihak sekolah membuatkan modul sesuai dengan tema kegiatannya. Perharinya, anak-anak diminta mengerjakan kegiatan tersebut dengan didampingi orangtua. Lalu untuk laporannya dilakukan dengan mengirim foto kegiatan anak melalui WhatsApp. Sementara untuk interaksi dengan murid biasanya dilakukan melalui Zoom. Itu pun tidak dilakukan setiap hari, karena anak-anak pun cenderung merasa risih. Maklum saja, namanya juga masih anak-anak yang berada di usia dini.

Namun, dari segala kemudahan tersebut, masih ada yang merasa kesulitan. Bukan karena tidak mau, tapi karena mereka kurang mampu, bahkan ada yang tidak mampu. Misalnya saja, ada teman sekelas anak saya di sekolah dasar yang harus lebih berjibaku dibanding lainnya. Pasalnya, murid tersebut harus sabar memakai handphone orangtuanya bergantian dengan kakaknya. Gawai tersebut pun kurang mumpuni untuk membaca beberapa jenis file materi yang dikirim sekolah. Ada juga yang baru bisa menyimak materi saat malam hari, karena gawainya dipakai orangtuanya yang bekerja sebagai supir angkutan kota. Bahkan ada lagi yang lebih parah, anaknya tidak bisa menyimak materi karena jatah kuota bulan tersebut sudah habis. Jadi, harus pergi ke rumah teman terdekat untuk melihat materi. Sedih, melihat dan mendengar hal tersebut, kami berusaha membantu sebisanya.

Saat pembukaan tahun pelajaran baru seminggu lalu, ada berita kurang baik. Teman sekelas anak harus pindah ke sekolah dasar negeri dengan alasan ekonomi. Sejak wabah melanda, kondisi ekonomi orangtuanya semakin terpuruk. Meski sudah memakai Kartu Jakarta Pintar (KJP), dan mendapat keringanan dari sekolah, tetap tidak menutupi kekurangan ekonominya. Namun, Alhamdulillah kakak si anak masih bisa diberi keringanan oleh pihak sekolah.

Tanpa bermaksud menyepelekan biaya pendidikan, biaya sekolah anak-anak masih tergolong sangat terjangkau. Bahkan, disaat pandemi seperti ini, biaya daftar ulang yang digunakan untuk kegiatan setahun kedepan sudah dipangkas oleh sekolah. Orangtua diberikan potongan biaya 50% untuk sekolah si kakak, dan potongan 30% untuk sekolah si adik. Saat masih di semester lalu pun, sekolah anak-anak menghimbau orangtua jika ada yang terdampak perkonomiannya saat wabah ini untuk segera melapor. Alhamdulillah, tentunya ini sangat dirasakan oleh orangtua, terutama yang penghasilannya sangat terdampak wabah. Di sisi lain, ada cerita teman yang mengajukan minta keringanan biaya di sekolah anaknya, tetapi tidak digubris sama sekali oleh pihak sekolah. Padahal, sekolah tersebut termasuk salah satu sekolah swasta ternama di Jakarta yang memiliki jejaring. Mungkin memang ada pertimbangan tertentu dari pihak sekolah sehingga tidak bisa memberikan keringanan biaya sama sekali. Wallahu'alam.

Saat pertemuan pembukaan tahun pelajaran baru melalui Zoom minggu lalu, kepala sekolah si adik juga menceritakan kisah sedih lainnya. Ada beberapa guru yang tidak dapat mengajar kembali karena beberapa alasan. Ada guru yang mengundurkan diri dengan alasan untuk mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Lalu, ada juga guru yang pindah rumah dan lokasinya jauh dari sekolah. Selain itu, ada juga guru yang kontrak masa kerjanya habis dan tidak diperpanjang. Namun, beliau berujar bahwa segenap tenaga pendidik yang ada akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak.

Beliau berucap syukur Alhamdulillah masih bisa mengadakan pembukaan tahun pelajaran baru ini, meski tidak semua anak kembali ke sekolah. Beberapa kali saya memperhatikan di grup WhatsApp sekolah, jumlah orangtua murid sekolah hanya 60% dari kuota sekolah. Berarti juga terjadi penurunan jumlah murid yang daftar baru dan daftar ulang di sekolah bermetode sentra ini. Berhubung si kakak dulu juga di TK ini, saya jadi paham betul kondisi sekolah. Biasanya jumlah murid di TK anak-anak ini termasuk paling banyak, sehingga TK sering menjadi perwakilan tingkat kecamatan untuk kegiatan yang diadakan Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI). Ada tiga kelompok pendidikan anak usia dini di sekolah ini, yaitu Kelompok Bermain, Kelompok A, dan Kelompok B. Jumlah murid kelompok bermain biasanya sekitar 10 anak. Sementara masing-masing untuk Kelompok A dan B dibagi lagi menjadi 3 kelas yang dikategorikan berdasarkan umur. Setiap kelas di Kelompok A dan B berisi sekitar 20-21 anak. MasyaAllah, ramai sekali suasana di sekolah kala itu sebelum wabah melanda.

Kepala sekolah melanjutkan ceritanya, ada beberapa teman beliau yang sesama kepala sekolah taman kanak-kanak tidak bisa membuka kembali sekolahnya. Pasalnya, tidak ada satu pun murid yang melanjutkan atau mendaftar di sekolah tersebut. Seketika suasana di Zoom meeting saat itu menjadi haru, mendengarkan cerita beliau yang sesekali sambil terisak sedih. 

Selain kejadian tadi, beberapa teman yang anaknya di sekolah negeri juga menceritakan hal serupa. Jangankan untuk membeli kuota, untuk gawai saja mereka hanya ada satu atau bahkan tidak punya. Jadilah teman satu kelasnya bergotong royong membantunya, salah satunya patungan membelikan kuota internet. Pihak sekolah juga turun tangan dengan memberikan print out materi pembelajaran.

Soal pemberian bala bantuan ini juga sempat ramai di media sosial. Berbondong-bondong orang dari berbagai kalangan membuat donasi dalam berbagai bentuk. Ada warga yang mengumpulkan donasi dalam bentuk uang untuk membeli paket internet. Ada juga dari kalangan wartawan yang mengajak siapapun untuk mendonasikan telepon selulernya yang tidak dipakai untuk digunakan para murid kurang mampu. MasyaAllah.. Barakallahu.. Semoga Allah mudahkan perjuangan ini.

Beberapa kisah ini mungkin hanya sekelumit kesulitan dalam bidang pendidikan di masa pandemi ini. Mungkin masih banyak cerita pelik lainnya yang dialami murid, orangtua, guru dan segenap pihak yang berkaitan dengan pendidikan. Ada orangtua yang harus berjuang membagi waktu PJJ untuk kelima anaknya. Ada juga orangtua yang berprofesi sebagai guru dan harus tetap memberikan pendidikan untuk muridnya sekaligus membersamai anak-anaknya PJJ di rumah.

Mungkin banyak kisah sedih dan pilu lainnya, atau bahkan ada yang manteman alami sendiri. Akan tetapi, bukan maksud hati ingin menurunkan semangat dengan berbagi kisah sedih ini. Namun, hanya ingin menjadikan ini sebagai pengingat diri untuk selalu bersabar, bersyukur, dan saling membantu. Tetap semangat ya manteman. ❤️

Sabtu, 11 Juli 2020

Hal yang Menyenangkan

Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah, hari Senin nanti sudah mulai memasuki Tahun Ajaran Baru. Itu tandanya, kegiatan belajar mengajar secara daring pun akan segera dimulai.

Dalam beberapa kesempatan, terutama saat hendak tidur, saya sounding dan briefing anak-anak tentang kegiatan belajar mengajar yang masih dilakukan #dirumahaja. Biasanya mereka mendengarkan dengan serius dan mengiyakan. Kadang-kadang juga mereka ketiduran, terutama Aiko yang Alhamdulillah tahun ini sudah naik kelompok PAUD 😂 
Lain halnya dengan Tsaqi, meski kadang mengantuk, tapi selalu berusaha menyimak dengan baik.

Masih teringat dengan baik, akhir pekan itu, saat ada instruksi Presiden RI untuk #dirumahaja, kami sedang berkumpul bersama keluarga besar di luar kota. Minggu pagi anak-anak masih berenang di penginapan, sambil saya berpesan, "Berenang lagi gapapa, ditungguin.. kayanya belom tau lagi kapan akan bisa berenang. Soalnya Corona mulai mewabah di Indonesia."

Saat itu, anak-anak memang belum paham dengan baik apa itu wabah Covid-19. Mereka pahami, boleh berenang lama-lama, 😂Selain itu, Tsaqi memahami bahwa ia sudah selesai melaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS) Ganjil, maka jika Senin masuk nanti bisa bermain dengan teman-teman dan mengikuti class meeting. Namun, Qodarullah, hingga saat ini anak-anak belum bisa bermain lagi dengan teman-temannya.

Semakin kesini, anak-anak semakin terbiasa dengan pola keseharian yang baru sejak pertengahan Maret lalu. Awalnya mereka selalu menanyakan kapan keadaan wabah ini akan berakhir. Pernah juga mereka merasa marah, kesal, bosan dan segala macam perasaan negatif lainnya. Namun, semua perasaan itu hilang seiring dengan berlalunya waktu. Mereka tetap menjalani keseharian dengan riang gembira, dan Alhamdulillah sehat.

Hal yang Menyenangkan
Di sisi lain, meski mereka sudah berusaha menyesuaikan kegiatan harian dengan kebiasaan baru yang saat ini berlangsung, ada satu hal yang masih mengganjal. Beberapa kali, anak-anak bilang "Kepengen Jalan-jalan lagi". Seperti saat beberapa waktu lalu ketika berbicara dengan anak-anak,

Oktober 2017 - Ngebolang ke Bandung

Ibu: Tsaqi, Aiko, sebentar lagi mulai sekolah lagi, tapi #dirumahaja, (bla... bla... bla...)

Aiko: iya bu, (hening lalu tidur pulas....)

Tsaqi: (hening... menyimak dengan khidmat...)

Ibu: Gapapa ya qi, sabar ya belom ketemu temen-temen, belom bisa maen lagi ama temen-temen...

Tsaqi: Gapapa bu, Aku siy ga kepengen (belajar) ke sekolah lagi. Soalnya ada Ibu di rumah. Aku pengennya jalan-jalan aja....

Ibu: Iya... (antara kaget, terharu tapi pengen ketawa dengernya)

MasyaAllah... ternyata benar-benar berkesan sekali setiap perjalanan ngebolang mereka, mulai dari pantai ke pantai, laut ke laut, hingga gunung ke gunung. Mereka memang terbiasa main di luar, di alam bebas sedari masih di dalam perut 😂. Ya.... memang tidak mudah bertualang nan ngebolang bersama anak seumur mereka. Tapi bagi kami, hal itu lebih menyenangkan daripada bermain di dalam ruangan dengan penyejuk udara buatan.

Akhirnya, suatu waktu di masa PSBB transisi ini, kami mengajak anak-anak berkeliling di dalam kota, di dalam tol dan di dalam mobil saja. Hanya beberapa jam, tidak sampai setengah hari pun. Saat hendak pulang, mampir membeli makan melalui Drive Thru. Hal itu saja sudah sangat mewah bagi mereka. Senangnya bukan main. Sepanjang perjalanan di dalam tol, mereka memandang keluar jendela. Lalu berujar, "Ini dimana siy bu?", "Kayanya aku udah lama deh ga lewat sini,"
Padahal itu masih tol dalam kota dekat rumah yang biasa kami lalui bersama hampir setiap seminggu sekali ketika ada keperluan, seperti ke rumah saudara, berbelanja groceries, dan lainnya.

Dengan kejadian wabah ini, kembali diingatkan untuk tetap bersyukur. Alhamdulillah, meski tidak bisa ke sekolah dan tidak bertemu temannya selama hampir 5 bulan lamanya, ternyata anak-anak masih berada dalam kondisi yang oke. Pasalnya mereka semakin bahagia karena selalu 24 jam bersama orangtuanya. Itulah anak-anak, yang selalu mempunyai sudut pandang berbeda dari orang dewasa. Anak-anak tetap masih bisa bermain meski hanya #dirumahaja. Sekali lagi Allah Subhanallahu Wata'ala mengingatkan untuk selalu bersyukur melalui anak-anak.


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ


Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(Q.S. Ibrahim: 7)


Dahulu, banyak hal yang terlihat kecil dan mudah dilakukan, tapi sekarang terasa sangat mewah sekali untuk dilakukan. Saat itulah Allah Subahanallahu Wata'ala selalu mengingatkan kita akan pentingnya bersyukur. Selalu ada banyak hal positif nan menyenangkan yang diberikan Sang Pencipta, sekecil apapun itu.

Semoga ada sedikit manfaat yang bisa diambil dari cerita kali ini.
Semangat buat manteman yang membersamai anak-anaknya kembali belajar #dirumahaja.
Semoga Allah Subhanallahu Wata'ala mudahkan.

Sabtu, 04 Juli 2020

Pertimbangan Sebelum Membeli Alat Masak

Assalamu'alaikum,

Alhamdulillah masih diberikan banyak nikmat oleh Allah Subhanallahu Wata'ala, terutama nikmat kesehatan.

Terkait kesehatan, saya pernah membahas tentang pentingnya memilih material alat masak dalam artikel Pentingnya Memilih Material Alat Masak. Namun, kesehatan fisik juga harus didukung oleh kesehatan mental. Jangan sampai membeli alat masak (cookware) yang "dianggap sangat sehat", tetapi harganya membuat kantong bolong. Bahkan, sampai harus berhutang sana-sini. 😂 Sungguh ini sangat tidak baik bagi kesehatan mental.

Peralatan memasak yang ada di rumah memiliki berbagai macam bentuk sesuai fungsinya. Alat tersebut terdiri dari fry pan, wok pan, sauce pan, hingga casserole. Selama #dirumahaja beberapa bulan belakangan ini, saya menyadari, sudah harus mengganti peralatan masak tersebut. Bukan hanya satu dua, bahkan sebagian besar.


Alat masak lama (fry pan dan wok pan) yang harus diganti karena tergores dan mengelupas.



Alasan Membeli dan Mengganti Alat Masak
Mengapa peralatan memasak harus diganti?
Beberapa peralatan memasak di rumah ada yang menggunakan bahan anti lengket. Apakah manteman juga ada yang menggunakannya? Coba perhatikan bagian permukaannya, apakah masih mulus atau ada bagian yang tergores? Atau bahkan ada mulai ada lapisan yang mengelupas?
Jika sudah ada yang tergores atau bahkan mengelupas, sebaiknya segera diganti. Pasalnya, lapisan antilengket ini bisa berbahaya jika tercampur makanan dan termakan.
Sebagus apapun lapisan antilengketnya, jika sudah tegores dan mengelupas, harus segera diganti ya manteman.

Peralatan memasak juga dapat diganti jika sudah tidak sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, saat masih baru berkeluarga memakai alat masak dengan ukuran kecil untuk makanan sekitar 1-2 orang. Sementara jika sudah memiliki anak-anak, maka tentu tidak cukup lagi memakai alat masak yang kecil. Lebih mudah menggunakan alat masak dengan ukuran yang lebih besar untuk makanan sejumlah 3-4 orang.

Ketentuan Membeli Alat Masak
Oleh karena itu, ketika beberapa bulan belakangan ini saya mengganti beberapa peralatan memasak ada beberapa pertimbangan yang saya terapkan, seperti berikut:

1. Sesuaikan dengan dana. Belilah alat masak yang aman bagi kesehatan fisik dan mentalmu.
2. Pastikan tersedianya ruang penyimpanan. Ada baiknya jika membeli yang baru, perhatikan ruang penyimpanan yang tersedia. Bahkan jika perlu keluarkan peralatan memasak yang lama. Bisa menerapkan 1 in 1 out atau 1 in 2 out.
3. Sesuaikan dengan jumlah dan jenis makananan yang dibuat. Hal ini menyesuaikan dengan jumlah makanan yang akan dibuat sesuai jumlah orangnya. Selain itu, jenis makanan sesuai selera penghuni rumah juga memengaruhi bentuk alat yang digunakan.
4. Pahami perawatannya. Peralatan memasak terdiri dari berbagai macam material. Tentunya perawatan dari bahan cast iron, kaca, stainless steel, antilengket hingga keramik tidaklah sama. Maka dari itu, pahami dulu jenis materialnya sebelum membawa alat masak tersebut ke rumah.

Nasib Alat Masak yang Lama
Jika alat masak baru sudah ditangan, harus dipertimbangkan juga mau dikemanakan peralatan masak yang lama?
Jika sudah rusak, jangan langsung dibuang, bisa dimanfaat dengan memakai ulang, misalnya dihias dijadikan pajangan atau dijadikan pot. Banyak sekali tips kreatif untuk mengalihfungsikan kembali alat masak yang sudah rusak ini. Cusss.. di-google...
Dengan begini diharapkan tidak akan menambah beban bumi dengan membuang sampah peralatan memasak yang sudah rusak.

Jika alat masak yang lama masih bagus dan layak pakai, tapi mau "dilepaskan", maka bisa dipertimbangkan untuk didonasikan atau diberikan pada yang membutuhkan. Seperti diberikan pada keluarga seperti adik/kakak atau tetangga seperti tukang sampah, dan lainnya.

Membeli dan mengganti peralatan memasak ini termasuk yang penting dalam dunia perdapuran. Menurut saya, harus dipertimbangkan dengan baik. Dengan membeli dan mengganti alat masak tersebut, berarti berkomitmen untuk menggunakannya dengan baik. Tidak ada lagi alat masak yang hanya menjadi pajangan di dapur semata. Tidak ada lagi alat masak yang dibeli hanya karena lucu dan cantik. Tetapi, harus mempertimbangkan manfaat dan pemakaiannya.

Hal tersebut merupakan salah satu bentuk tanggung jawab baik di dunia dan di akhirat sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,


«لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»

Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (H. R. At Tirmidzi)

Demikian berbagai macam pertimbangan saya ketika hendak membeli peralatan memasak. Semoga tulisan ini bermanfaat ya manteman. ❤️