Rabu, 18 September 2019

HSI - Belajar Tauhid (Halaqah 13) - Syafa'at

Rabu, 18 September 2019

Halaqah Silsilah Ilmiah (HSI)

Belajar Tauhid (Halaqah 13)
Syafa'at 
Disampaikan oleh Ust. Dr. Abdullah Roy, M. A. Hafidzahulloh.

Syafā’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat. Allâh Subhānahu wa Ta’āla & Rasul-Nya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā’at pada hari kiamat. Diantara bentuknya adalah bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengampuni seorang muslim dengan perantara do’a orang yang telah Allāh izinkan untuk memberikan syafa’at.
Syafa’at akhirat harus kita imani dan kita berusaha untuk meraihnya. Adapun modal utama untuk mendapatkan syafā’at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda ketika beliau mengabarkan tentang bahwasanya beliau memiliki syafā’at pada hari kiamat, beliau mengatakan:
فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ الله مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لا يُشْرِكُ بِالله شَيْئًا
Syafa’at itu akan didapatkan insyā’ Allāh oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak menyekutukan Allāh sedikitpun.”
(H.R. Muslim)
Merekalah orang-orang yang Allāh ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki.
Allâh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
…وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ…
“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat dan juga yang lain) tidak memberikan syafā’at kecuali bagi orang-orang yang Allāh ridhai…”.
(Q.S. Al-Anbiyaa’ 28)
Syafā’at di akhirat ini berbeda dengan syafā’at di dunia. Seseorang pada hari kiamat tidak bisa memberikan syafā’at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, meskipun dia seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun.
Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’ālā :
ﻣَﻦ ﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳَﺸْﻔَﻊُ ﻋِﻨﺪَﻩُۥٓ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِۦ ٓ
“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh Ta’ālā kecuali dengan izin-Nya.”
(Q.S. Al-Baqarah 255)
Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh, Zat yang memilikinya. Seperti seseorang mengatakan di dalam  do’anya, “Ya Allāh, aku meminta syafa’at Nabi-Mu.” Inilah cara meminta syafā’at yang diperbolehkan.  Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam seperti mengatakan, “Ya Rasūlullāh, berilah aku syafā’atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih syafā’atnya. Cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
ﻭَﻳَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﻀُﺮُّﻫُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻌُﻬُﻢْ ﻭَﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻫَٰﺆُﻟَﺎﺀِ ﺷُﻔَﻌَﺎﺅُﻧَﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۚ ﻗُﻞْ ﺃَﺗُﻨَﺒِّﺌُﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﻟَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ۚ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰٰ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥ
“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak pula memberikan manfaat dan mereka berkata: “Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh”. Katakanlah: “Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak ketahui di langit maupun di bumi?”. Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.”
(Q.S Yunus: 18)

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar