Selasa, 17 September 2019
Halaqah Silsilah Ilmiah (HSI)
Belajar Tauhid (Halaqah 12)
Belajar Tauhid (Halaqah 12)
Berdoa Kepada Selain Allah Termasuk Syirik Besar
Disampaikan oleh Ust. Dr. Abdullah Roy, M. A. Hafidzahulloh.
Berdo’a kepada Allāh adalah seseorang menghadap Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan maksud supaya Allāh mewujudkan keinginannya, baik dengan meminta atau dengan merendahkan diri, mengharap dan takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Berdo’a dengan makna di atas adalah ibadah.
Berkata An-Nu’mān Ibnu Basyīrin radhiyallāhu ‘anhu :
“Aku mendengar Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallama bersabda:
الدعاء هو العبادة
‘Do’a adalah ibadah.’
Kemudian Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam membaca ayat:
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺭَﺑُّﻜُﻢُ ﺍﺩْﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺴْﺘَﻜْﺒِﺮُﻭﻥَ ﻋَﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻲ ﺳَﻴَﺪْﺧُﻠُﻮﻥَ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺩَﺍﺧِﺮِﻳﻦَ
“Dan Rabb kalian berkata : ‘Berdo’alah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan kalian. Sesungguhnya orang- orang yang sombong dari beribadah kepadaKu, mereka akan masuk ke dalam neraka jahanam dalam keadaan terhina’.”
(Q.S. Ghāfir: 60)
(H.R. Abū Dāwūd, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh).
Dan makna “beribadah kepadaKu” pada ayat ini adalah “berdoa kepadaKu”.
Apabila do’a adalah ibadah yang merupakan hak Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata, maka berdo’a kepada selain Allāh dengan merendahkan diri di hadapannya, mengharap dan juga takut kepadanya, sebagaimana ketika dia mengharap dan takut kepada Allāh adalah termasuk syirik besar.
Dan termasuk jenis do’a adalah:
1. Istighātsah (meminta dilepaskan dari kesusahan)
2. Isti’ādzah (meminta perlindungan)
3. sti’ānah (meminta pertolongan)
Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini adalah ibadah, hanya diserahkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.
Namun, perlu diketahui bahwasanya boleh seseorang beristighātsah, beristi’ādzah, beristi’ānah kepada seorang makhluk dengan 4 syarat:
1. Makhluk tersebut masih hidup.
2. Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita.
3. Dia mampu sebagai makhluk untuk melakukannya.
4. Makhluk tersebut diyakini hanya sebagai sebab, sehingga tidak boleh bertawakkal kepada sebab tersebut. Akan tetapi, bertawakkal kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan sebab tersebut.
Orang yang beristighātsah, beristi’ādzah atau beristi’ānah kepada orang yang sudah mati atau kepada orang yang masih hidup, tetapi tidak berada di depan kita atau tidak mendengar ucapan kita atau meminta makhluk perkara yang tidak mungkin bisa melakukan kecuali Allāh, maka ini termasuk syirik besar.
Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar