Selasa, 24 September 2019

HSI - Belajar Tauhid (Halaqah 17) - At-Tathoyyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu)

Selasa, 24 September 2019

Halaqah Silsilah Ilmiah (HSI)

Belajar Tauhid (Halaqah 17)
At-Tathoyyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu) 
Disampaikan oleh Ust. Dr. Abdullah Roy, M. A. Hafidzahulloh.

At Tathoyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu seperti melihat tabrakan atau orang yang berkelahi atau yang semisal kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya seperti bepergian, berdagang, dan lainnya.
At Tathayur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut kita ikuti. Rasulullashallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ

"Barangsiapa yang At Thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya, maka dia telah berbuat syirik."
(H.R. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 1065).
Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir sebagaimana hal ini dinafi’kan dan diingkari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَهَامَةَ وَلاَ صَفَرَ

Tidak ada adwa (penyakit menular), thiyarah, hammah dan shafar.”
(H.R. al-Bukhari, 10/206 dan Muslim, no. 2220). 
Maksudnya thiyarah ini hanyalah sebuah perasaan saja yang tidak akan berpengaruh terhadap takdir AllahOleh karena itu seorang muslim tidak boleh mengikuti was-was setan ini dan hendaknya ia memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan dan keburukan adalah dengan takdir Allah semata.
Seorang mukmin, hendaknya yakin bahwa tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allah dan tidak melindungi dari keburukan kecuali Allah, hanya bertawakal kepada AllaSubhānahu wa Ta’āla semata dan berbaik sangka kepada Allah.
Apabila datang perasaan tersebut maka hendaknya segera dihilangkan dengan tawakal dan tetaplah melaksanakan hajatnya dan apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allah Subhānahu wa Ta’āla. Adapun At tafaul maka diperbolehkan oleh agama kita yaitu berbaik sangka kepada Allah karena melihat atau mendengar sesuatu
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sering bertafaul seperti ketika perjanjian hudaibiyah utusan Quraisy saat itu bernama Suhail dan suhail adalah bentuk pengecilan dari kata sahl yang berarti yang mudah. Maka beliaupun berbaik sangka kepada Allah bahwa perjanjian ini adalah membawa kemudahan dan kebaikan bagi umat Islam. Maka benarlah persangkaan beliau bahwa Allah membuka setelah perjanjian tersebut pintu-pintu kemudahan bagi umat islam.

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar